KISAH NEGERI ANJING YANG DIJARAH PARA MONYET

Oleh : Faqih Wirahadiningrat Honden en inlander voor Verbodden, anjing dan inlander dilarang masuk ! Masak sih kita disamakan dengan anjing? Ya, benar. Dulu kita tak ubahnya anjing di hadapan kaum kolonialis dan para jongos-jongosnya yang rasis. Dulu? Kalau sekarang?!? Masih sih, bahkan makin tragis ! Apa kau tidak lihat, kini tidak hanya anjing, ternyata juga bermunculan para monyet yang selama ini tanpa kita sadari selalu menyelinap diantara para anjing. Dan monyet itu menari-nari sambil ketawa-ketiwi memegang tali yang mengikat leher para anjing sambil kencing dan meludahi. Monyet-monyet itu begitu gembira menaiki punggungnya, sambil sesekali kakinya menyisakan sidik jari di kepala para anjing. Kini jelas bukan, bahwa menjadi anjing itu jauh lebih hina dibanding monyet, karena itu konotasi dari para budak yang najis. Namun kini banyak yang mulai gerah dengan tingkah para monyet, sementara tidak sadar bahwa diri kita masih bermental anjing. Lalu dimana dan siapakah para monyet itu?...