KISAH NEGERI ANJING YANG DIJARAH PARA MONYET
Oleh : Faqih Wirahadiningrat
Honden en inlander voor Verbodden, anjing dan inlander dilarang masuk !
Masak sih kita disamakan dengan anjing?
Ya, benar. Dulu kita tak ubahnya anjing di hadapan kaum kolonialis dan para jongos-jongosnya yang rasis.
Dulu? Kalau sekarang?!?
Masih sih, bahkan makin tragis !
Apa kau tidak lihat, kini tidak hanya anjing, ternyata juga bermunculan para monyet yang selama ini tanpa kita sadari selalu menyelinap diantara para anjing.
Dan monyet itu menari-nari sambil ketawa-ketiwi memegang tali yang mengikat leher para anjing sambil kencing dan meludahi.
Monyet-monyet itu begitu gembira menaiki punggungnya, sambil sesekali kakinya menyisakan sidik jari di kepala para anjing.
Kini jelas bukan, bahwa menjadi anjing itu jauh lebih hina dibanding monyet, karena itu konotasi dari para budak yang najis.
Namun kini banyak yang mulai gerah dengan tingkah para monyet, sementara tidak sadar bahwa diri kita masih bermental anjing.
Lalu dimana dan siapakah para monyet itu?
Lihatlah dengan seksama kawan, karena mereka begitu banyak bertebaran dan makin merajalela memenuhi tiap sudut bangsa ini.
Ada imigran rasis yang dipuja-puja melebihi leluhurnya itulah perbuatan monyet.
Imigran sesat dan jongos kolonial lha kok disanjung melebihi pejuang bangsa, pasti itu mentalitas monyet.
Imigran rasis yang mengaku cucu Nabi padahal telah jelas mereka palsu, dijamin itu jauh lebih buruk dari monyet.
Imigran rasis antek penjajah, ketika bangsa ini sudah merdeka tapi tidak mau menjadi WNI itu jelas akal-akalan monyet.
Imigran sudah lama mati dan masih berstatus WNA, tapi tiba-tiba jadi WNI dan mau dijadikan pahlawan itu jelas tipu-tipu monyet.
Namun, jauh lebih hina dari monyet ketika :
1. Para ulama-ulama pribumi dihina kaum imigran rasis tapi diam saja. Mereka dihina babi, anjing dan anak zina tapi kau tetap diam saja.
2. Sejarah bangsa dibelokkan, kau juga masih tetap diam saja.
3. Bendera merah putih dibilang dari imigran, demikian juga tanggal kemerdekaan dan banyak para pahlawan bangsa diklaim dari golongan imigran, pun kau juga tetap tak bergeming dan masih diam.
4. Sejarah NU dibilang tidak berdiri tanpa restu 4 imigran masih juga kau diam. Mungkin organisasi besar lain yang banyak berjasa bagi bangsa ini nantinya dijarahpun kau akan tetap bungkam dan diam.
5. Banyak orang palsu yang mengaku Cucu Nabi kau malah semakin acuh, sehingga banyak orang yang tertipu dengan praktik perbudakan spiritual dan bermodus kapitalisasi agama, kau juga masih bungkam dan tetap diam !
Wahai negeri anjing yang dijarah para monyet, mentalitas apa yang membuatmu hina padahal leluhurmu adalah para singa dan garuda.
Dahulu leluhurmu, para singa itu selalu mengaum dahsyat seantero benua, sementara para garudanya senantiasa terbang tinggi mengarungi samudera.
Entahlah kawan, bila nasib bangsa ini harus tetap menjadi inlander dan masih rela disamakan dengan anjing, maka mari kita bersama untuk tundukkan kepala selama-lamanya.
Dan mari kita renungkan lagi, apakah kita sudah benar-benar merdeka sementara mentalitasnya masih terjajah. Kita tetap tunduk dan terdiam, tanpa harga diri dan martabat, di tengah penindasan dan penghinaan.
Ucapkan selamat kepada para monyet dan anjing yang telah berhasil mengubur seluruh singa dan garuda. Dan selamat tinggal kata MERDEKA.
Karena bangsa yang gagal adalah mereka yang masih terjajah di alam kemerdekaan, salam HONDEN EN INLANDER VOOR VERBODDEN !!!
Sedihlah bangsaku dan menangislah ibu pertiwiku !
Maafkan kami anak-anakmu yang begitu pengecut dan penakut. Kami lupa bahwa kejahatan akan selalu menang dengan banyaknya orang baik yang tetap diam dan membiarkan dirinya tertipu !!!
()
Komentar
Posting Komentar