4 SOSOK SUNAN GUNUNG DJATI




Oleh : R.TB. Nur Fadhil Satya Tirtayasa, Ketua Robithoh Babad Kesultanan Banten


Para Sunan Gunung Jati berdasar koroborasi dan kolaborasi berbagai data dan susunan alur waktu,


1. Sunan Gunung Jati I (berdasar data Babad Sumedang) Syaikh Datuk Kahfi Al Jailani Al Hasani dimakamkan di Gunung Jati Cirebon. Beliau mertua dari no 2 dan leluhur Sumedang dan Kaariaan Tangerang.


Beliau hijrah dari Malaka ke  Baghdad lantas sampai di Cirebon, mendirikan Pesantren / Kasunanan Gunung Jati sekitar tahun 1420 M dan menyerahkan kepemimpinan akan Pesantren / Kasunanan Gunung Jati pada menantu sekaligus keponakan istri beliau, Syarif Hidayatullah sekitar tahun 1475 M.


2. Sunan Gunung Jati II / Syarif Hidayatullah Al Kazhimi Al Husaini (berdasar data2 masyhur di Cirebon) dimakamkan di Gunung Sembung Cirebon.


Beliau menantu dari no 1 dan mertua dari no 3 dan 4 serta leluhur Kesultanan Cirebon dan Banten. Beliau lahir tahun 1448 M di Mesir hijrah ke Cirebon tahun 1470 M, sekitar tahun 1475 meneruskan pesantren / Kasunanan Gunung Jati dari Mertuanya sekaligus Uwaknya. (Istri Syaikh Datuk Kahfi yakni Syarifah Halimah binti Ali Nurul Alam, kakak dari ayahnya Syarif Hidayatullah)


Sebelumnya pada tahun 1430 M, kakak daripada ibunda Sy. Hidayatullah yakni Pangeran Cakrabuana bin Prabu Siliwangi yang juga murid Syaikh Datuk Kahfi , mendirikan Dalem Agung Pakungwati sebagai Pemerintahan / Umaro di Cirebon, hingga tahun tahun 1479 M, tahta pemerintahan Cirebon berpindah kepada keponakan sekaligus menantunya yakni Syarif Hidayatullah (berpoligami menikahi putri S. Datuk Kahfi dan putri P. Cakrabuana dan lain lain) yang sejak tahun 1479 - 1568 M, merupakan Ulama sekaligus Umaro Penguasa Cirebon. 


3. Sunan Gunung Jati III / Susuhunan Atas Angin (berdasar data Serat Walisana, Tarikhul Aulia, Pustaka Asal Usul Kasultanan Cirebon, Serat Sarasilah Leluhur Ing Kadanurejan Yogya, Suma Oriental dan riwayat keluarga Pangeran Jayakarta) Zen Abdul Qodir / Abdurohman Al Qodiri Al Hasani / Pate Qodir / Pangeran Raja Laut / Pangeran Atas Angin,  dimakamkan di Megu Cirebon.  


Menantu dari no 2 dan kakak ipar dari no 4 leluhur dari Pangeran Jayakarta II dan permaisuri Sultan Banten II , Sayyid Sulaiman Kanigoro Mojoagung, Sayyid Sholeh Semendi Segoropuro Sepuh, Sunan Jepara dan istri Sunan Drajat.


Tercatat bahwa istri beliau Ratu Winaon binti Syarif Hidayatullah lahir tahun 1477 M. Sehingga diperkirakan di usia muda umur 16 tahun sekitar tahun 1493 sudah dinikahkan dengan menantu Sy. Hidayatullah yang bernama Abdurrohman Al Qodiri / Abdul Qodir / Pate Qodir, diperkirakan sejak itu banyak mewakili Cirebon dalam urusan keluar negeri,  termasuk Musyawarah para Wali di Giri Kedaton dan Demak serta perang melawan Portugis di Malaka tahun 1511 M, diperkirakan mewakili urusan keagamaan di Gunung Jati hingga tahun 1552 M, tahun dimana adik ipar beliau Fatahillah / Fadhillah Khan mulai berperan mewakili mertuanya di Cirebon.


mengingat tahun lahir Sulaiman Mojoagung diperkirakan tahun 1547 M,  diperkirakan lahir dari ibu yang berbeda dari Ratu Winaon binti Sy. Hidayatullah yang andai masih hidup usianya sudah sepuh 70 tahun.


Dari berbagai data didapati bahwa Zen Abdul Qodir berpoligami menikah dengan berbagai wanita antara lain,

1. putri S. Jambu Karang (menurunkan jalur pendakwah Cahyana Banyumas dan Dipati Ukur Anom dan turunannya di Bandung). 

2. dengan putri Syarif Hidayatullah menurunkan jalur P. Jayakarta II & permaisuri Maulana Yusuf Sultan Banten II 

3. Dengan wanita Malaka.  

4. Dengan putri Syaikh Jakandar Bangkalan dari jalur inilah menurunkan Sunan Jepara, Istri Sunan Drajat. 


Adapun Sulaiman Mojoagung dan Sholeh Semendi Segoropuro Sepuh dimungkinkan ibunya berasal dari Malaka sebagai istri Mudanya Zen Abdul Qodir.


4. Sunan Gunung Jati IV / Fatahillah / Fadhilah Khan Al Kazhimi Al Husaini (berdasar data Lampung dan Tinjauan Kritis Sajarah Banten)  dimakamkan di Gunung Sembung Cirebon. Menantu no 2 dan adik ipar no 3 leluhur dari Keratuan Darah Putih Lampung dan beberapa Kemas Ki Agus Palembang. Pada Tahun 1527 menjadi Penguasa Jayakarta, baru tahun 1552 M, mulai mewakili mertuanya di Cirebon mengurus Kasunanan Gunung Jati. Ketika Mertuanya wafat tahun 1568 M, Fatahillah / Fadhillah Khan sempat menjadi penguasa Cirebon hingga wafat di tahun 1570 M. 


Selanjutnya tidak ada tokoh dalam sejarah Cirebon yang dicatat dengan gelar Sunan / Susuhunan. Pada tahun 1570 M, kepemimpinan dakwah maupun kekuasaan atas Cirebon dilanjutkan oleh Panembahan Ratu I / Pangeran Mas Zainul Arifin cicit garis laki dari Syarif Hidayatullah dan cucu garis perempuan dari Fadhilah Khan.


Waallahu Alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Hasil Penelitian KH Imaduddin yang Penting, Bukan Siapa Beliau

7 Strategi dan Cara Ba'alwi Menjajah Indoensia dan Menundukkan Pribumi Nusantara Untuk Mendirikan Neo Dinasti Fatimiyah

Inilah Tahap Mazhab Ba'alwi Dalam Pengkaderan Doktrinasi dan Ciri-cirinya