Era Belanda Jama'ah Haji Dijadikan Budak Di Pulau Cocob dan Sarawak Oleh Firma Al-Segaff
Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi Dalam sejarah Indonesia, tercatat (di koleksi manuskrip Unv Leiden Belanda) bahwa pasca Perang jawa yang di pimpin oleh Pangeran Diponegoro kurun waktu abad ke 19-an terjadi sekitar 400 kali perlawanan melawan Belanda yang kebanyakan dipimpin oleh ulama-ulama Tarekat dan para Kiai dan Haji. Gerakan pelawanan dan pembrontakan rakyat pada waktu itu terjadi di berbagai macam tempat, dari yang skala kecil sampai yang besar. Diantaranya yang cukup besar yakni di Cilegon tahun 1888 yang dipimpin KH Wasith, H Marjuki dan KH Tubagus Ismail, keduanya adalah murid Syaikh Abdul Karim dan Syeikh Nawawi Al-Bantani, mursyid Thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah (TQN). Haji Abdul Karim adalah seorang ulama di desa Lampuyang, Pontang yang kegiatan sehari-harinya mengadakan pengajaran agama pada masyarakat di daerahnya. Kegiatan pengajian Kiai ini semakin berkembang terutama setelah ia kembali dari Mekkah tahun 1872. Haji Abdul Karim mendirikan pesantren di Tanahara, yang ...