Perjalanan Hubungan Nahdliyin dan Habaib
Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi
Indonesia adalah negeri penuh barokah dengan berhijrahnya para keturunan Nabi Muhammad saw. ke wilayah ini. Pada abad ke 15 Sayyid/Syarif dari jalur Al Ishaqi Al Jaelani Al Hasani maupun Al Ajjall Al Kadzimi Al Husaeni mulai berhijrah ke wilayah Indonesia. Seperti Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahim berhijrah ke Jawa-Timur; Syarif Hidayatullah, Sayyid Datuk Kahfi, Sayyid Datuk Soleh (ayah Syekh Siti Jenar) berhijrah ke Cirebon dsb.
Pada abad 18 datanglah gerombolan penipu yang ngaku sebagai Dzuriyah Nabi SAW yaitu Klan Ba'alwi dari Tarim Hadramaut Yaman menggunakan kapal uap atas prakarsa Belanda. Bahkan di antara mereka sempat menguasai Kesultanan Banten dengan bekerjasama dengan Belanda tepatnya tahun 1750 M. Namun karena ditolak oleh para ulama Banten yang terus melancarkan aksi pemberontakan. Akhirnya Belanda yang merupakan penguasa sebenarnya membrendel semua jarinan Ratu Fatimah (hubabah) untuk menguasai kesultanan Banten. Dan kemudian mereka di usir dan di buang ke beberapa pulau di Nusantara.
Pada abad 19 diperkirakan sebagai abad paling banyaknya Klan Ba'alwi datang ke Indonesia. Bahkan di abad ini seorang di antara mereka yang bernama Utsman bin Yahya diangkat menjadi mufti Belanda di Batavia. Utsman bin Yahya pulalah yang kemudian mengalami benturan dengan ulama-ulama Banten murid-murid dari Syekh Nawawi Al Bantani dan Syekh Abdul Karim.
Hal itu dikarenakan oleh fatwa keagamaan Utsman bin Yahya tentang haramnya memberontak kepada Belanda, dan mereka yang melakukannya dianggap pengikut syetan. Fatwa itu terkait pemeberontakan rakyat Banten pada tahun 1888 M. Fatwa ini termaktub dalam kitab Minhaajull istiqomah fi al diin bi al salaamah yang dikarang oleh Utsman bin Yahya pada tahun 1889 M. Beberapa peristiwa ini pulalah yang mengakibatkan sedikitnya Klan Ba'alwi belakangan ini yang tinggal di Banten, berbeda dengan daerah lain di Indonesia.
Setelah dilantik sebagai pegawai Snouck Hurgronje, Utsman bin Yahya membuat doa khusus untuk Ratu Belanda, Wilhelmina, seraya memuji sang Ratu dengan menyebut Ratu Belanda sebagai Ratu yang baik. Doa itu dibacakan tanggal 2 September 1898 di masjid Pekojan setelah solat jum’at (Ulama dan Kekuasaan, 2012 hlm 180).
Berdirinya Jamiat al-Khaer 1901 M
Seiring banyaknya orang Hadramaut datang ke Indonesia, baik dari Klan Ba'alwi maupun yang bukan, pada tahun 1901 mereka membentuk Jamiat al-Khaer sebagai wadah pemersatu orang-orang imgran dari Hadramaut. Organisasi ini kemudian mendapat legalitas Belanda pada tahun 1905 M. Namun kemesraan orang-orang Hadrami di dalam Jamiat al-Khaer tidak berlangsung lama.
Kedatangan Syekh Ahmad Surkati yang dipercaya sebagai Inspektur Pendidikan Jamiat al-Khaer membawa faham modern di tubuh Jamiat al-Khaer. Ia mengkritik adat-istiadat dan keharusan menghormati berlebih mereka yang mengaku Sayyid yaitu dari Klan Ba'alwi (Taufik Abdullah, Muncul dan Berkembangnya Faham-Faham Keagamaan di Indonesia, 2008: hlm 71). Syekh Surkati menampik gelar-gelar yang dipakai oleh Klan Ba'alwi dan menampik keharusan mencium tangannya (Huub de Jong, Socio-Cultural Essay, 2000: hlm 153).
Berdirinya Al-Irsyad 1915 M.
Perbedaan pandangan semakin tajam mengakibatkan Jamiat al-Khaer terpecah. Pada tanggal 11 Agustus tahun 1915 Surkati mendirikan Al-Irsyad. Namun berdirinya Al-Irsyad ini tidak mulus, sebuah pertemuan Al-Irsyad di kediaman Syekh Isa bin Badr diganggu sampai terjadi insiden kekerasan fisik. Tiga orang pengikut Surkati dikabarkan terluka (Huub de Jong, Konflik Alawi-Irsyadi).
Walau Al-Irsyad didirikan oleh non Ba'alwi tetapi bukan berarti tidak ada dari Klan Ba'alwi yang simpati kepada Al-Irsyad. Seperti Habib Abdullah al-Athas yang kecewa terhadap Jamiat al-Khaer menyumbang 60 ribu gulden terhadap Al-Irsyad (Deliar noor, The Modernist Movement in Indonesia 1900-1942; hlm 64).
Bahkan Habib Abdullah bin Abu Bakar al Habsyi menempati posisi sebagai Presiden Komite Sekolah Al-Irsyad yang pertama (Natalie Mobini-Kesheh, The Hadhrami Awakening Community and identity in The Netherlands East Indies, 1900-1942, 1999: hlm. 63).
Klan Ba'alwi-pun terbelah. Persaingan antara Jamiat al Khair dan Al-Irsyad semakin tajam ketika tahun 1928 dibentuk Rabithah Alawiyah yaitu badan pencatat nasab para Habaib Klan Ba'alwi. Habib Ali bin Sahab membujuk pemerintah kolonial untuk menghadang perjalanan anggota Al-Irsyad yang akan pergi ke Hadramaut (Hadhrami Traders, 1750s to 1960s, 1927: hlm 125).
Pada tahun 1932 seorang Arab-Irak yang bernama Syekh Yunus al-Bahar datang memperkuat Al-Irsyad. Ia menerbitkan surat kabar Al-Haq yang terus mengkritik kelompok Klan Ba'alwi. Puncak perseteruan ini kemudian tindakan biadab seseorang yang menganiaya Syekh Yunus al Bahar (Sutarmin, Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya, 1989: hlm. 50-51).
NU dan para Habaib Klan Ba'alwi
Sejak berdiri tahun 1926 NU adalah rumah yang nyaman bagi para Sayyid/Syarif jalur Walisongo yang kemudian pada perkembangannya Klan Ba'alwi menipu umat dengan mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai "Habib" gelar baru dzuriyah Nabi SAW. NU yang didirikan oleh para Dzuriyat Nabi Muhammad SAW dari Wali-Songo yang sebagian besar adalah para Kiai pengasuh pondok pesantren, sebagain ajarannya adalah memuliakan para dzuriyat baginda Nabi Muhammad SAW. Bahkan, ajaran ini kemudian menggeser posisi kedzuriahan para Kiai sendiri beralih kepada para Habib Klan Ba'alwi, karena para Kiai itu tidak mengunakan gelar-gelar yang menunjukan bahwa mereka adalah para keturunan Nabi Muhammad SAW.
Hal yang demikian tentu bukan hanya kebetulan, tetapi memang sepertinya disengaja oleh para Kiai tersebut untuk tidak menunjukan bahwa mereka adalah para dzuriyat Nabi Muhammad SAW. Yang pada akhirnya mereka dikenal dan dimulyakan oleh masyarakat bukan berdasar keturunannya kepada Nabi Muhammad SAW, tapi karena keilmuan mereka dan pengabdiannya kepada masyarakat.
Bahkan tidak segan-segan para Kiai itu sebelum ada penelitian nasab oleh KH Imaduddin Utsman Al Bantani menunjukan rasa penghormatan yang tinggi kepada para Habib Klan Ba'alwi (karena di sangkanya sebagai dzuriyah Nabi) di hadapan masyarakat agar menjadi tauladan bagaimana harus mengormati para dzuriah Nabi, walaupun terkadang para Habib Klan Ba'alwi yang dihormati itu sama sekali tidak memiliki ilmu agama.
Seperti kebanyakan dzuriah Nabi Muhammad lainya di seluruh dunia, para Kiai dzuriah Nabi ini memiliki buku induk yang mencatat silsilah nasab mereka dengan baginda Nabi SAW seperti buku Negara kerthabumi (1750) dan Purwaka Caruban Nagari (1720), keduanya, selain buku sejarah, adalah buku tentang pencatatan nasab para sultan keturunan walisongo sampai kepada Rasulullah SAW. dan buku itu umurnya 200 tahun lebih tua dari buku pencatatan nasab Rabithah Alawiyah yang mulai ditulis tahun 1928.
Dulu sejarah para Habaib Klan Ba'alwi dan para Kiai NU ini dihiasi dengan sejarah cinta yang mesra dan saling memuliakan. Hampir tidak ada benturan sedikitpun antara mereka. Dan seakan NU adalah benteng dan tentara para Habaib Klan Ba'alwi yang siap membela mereka dari berbagai serangan.
Akhirnya para Habaib Klan Ba'alwi banyak yang masuk NU, bahkan di antaranya menjadi pejabat teras dalam kepengurusan. Pada Muktamar NU ke-7 di Bandung Habib Ali Kwitang, dan Habib Alawi Al Haddad memberikan pidato. Pada tahun 1960 Habib Utsman Alidrus menjadi Rais Syuriah PWNU Jawa Barat. Bahkan pada tahun 1967 ia menjadi panitia muktamar NU di Bandung (NU Online, Selasa/16/10/2018).
Semenjak para Habib Klan Ba'alwi banyak yang masuk NU, nyaris serangan kepada para Habib mereda. Walaupun ada langsung dibela para Kiai NU. Seperti kejadian tahun 1993 ketika Ketua Umum MUI, KH. Hasan Bashri menyatakan bahwa tidak ada lagi keturunan Nabi Muhammad SAW. Karena Hasan-Husen tidak mempunyai keturunan. Ditambah sebuah majalah membuat laporan utama dengan judul “Para Habib apa Jasamu?” menghadapi keadaan itu KH. Abdurrahman Wahid tampil ke depan di hadapan masyarakat di Pondok Pesantren Al Fakhriyah Ciledug ia mengatakan, “Hanya orang bodoh yang mengatakan batu permata sebagai batu koral. Dan yang paling bodoh adalah mereka yang menganggap batu permata seharga batu kerikil. Kedatangan mereka ke negeri ini merupakan karunia Tuhan yang terbesar. Dan hanya orang-orang yang kafir nikmat yang tidak mau mensukurinya” (NU Online, ibid).
NU dan Para Habib Pasca FPI
Setelah berdirinya FPI pada tahun 1998 barulah terlihat watak aslinya dari Klan Ba'alwi, ada sedikit benturan antara salah seorang Habib yang juga ketua FPI yaitu Rizieq Syihab dan tokoh NU yaitu Gusdur. Benturan itu diakibatkan pernyataan Rizieq Syihab di sebuah talkshow TV yang menyatakan bahwa “Gusdur buta mata buta hati” tak ayal ini mengakibatkan warga NU marah.
Tanggal 5 September 2005 Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan FPI (Siaran pers Imparsial, II/2012)
Begitu pula terjadi benturan antara warga NU dan FPI di Cirebon pada tahun 2008 ketika di pesantren Kempek diadakan pertemuan yang mengutuk pemukulan seorang kiayi NU yang bernama KH. Maman Imanulhaq oleh oknum FPI (Kompas.com, Minggu/1/6/2008.)
Bukan hanya Gus Dur yang dicaci maki, namun para Kiai NU yang bersebrangan dengan cara berfikir dan gerakan Klan Ba'alwi langsung di cap sebagi komunis, wahabi, pemecah belah persatuan umat bahkan dengan ucapan-ucapan keji lainnya bahkan tidak sedikit yang mengalami persekusi.
Setelah geger polemik nasab Klan Ba'alwi yang menyatakan mustahil Klan Ba'alwi sebagai dzuriyah Nabi SAW pada kisaran tahun 2022 yang diprakarsai oleh Ulama Nusantara bernama KH Imaduddin Utsman Al Bantani, bobroknya aqidah khurofat mazhab Ba'alwi dan segala tipu muslihat dari gerakan Klan Ba'alwi terbongkar secara terang benderang. Mereka menyusup ke tubuh NU disamping untuk berlindung juga bertujuan untuk merebut otoritas keagamaan. Dengan sembrononya mereka membelokan dan memalsukan kesejarahan NU dan mengkooptasi BANSER tertuang pada buku Cayaha dari Nusantara karya Habib Muhdor Assegaf Pemalang.
Bukan hanya itu Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan setelah lengser dari JATMAN malah membuat organisasi tandingan bernama JATMA-ASWAJA. Ia pun tersandung sejumlah kasus pemalsuan makam dan nasab leluhur pribumi.
Tetep Eling Lan Waspada
Komentar
Posting Komentar