Kiai Mas Makmur, Ulama Pejuang dan Bupati Pemalang juga Dzuriyah Nabi SAW





Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi


Kiai Mas Makmur, lahir pada tahun 1906 di Desa Pelutan (kini Kelurahan Pelutan), Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, adalah sosok ulama karismatik dan pemimpin yang dihormati. Ia merupakan anak pertama dari pasangan KH. Nawawi, seorang imam Masjid Agung Pemalang, dan Hj. Rubae'ah. Sebagai cucu dan anak ulama, Kiai Mas Makmur telah diperkenalkan pada huruf Arab dan Al-Qur'an sejak kecil.


Pendidikan formalnya dimulai di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), tempat ia lulus pada tahun 1920. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan agama di berbagai pesantren ternama, termasuk Pesantren Godong di Purwodadi, Pesantren Jamsaren di Solo, dan Pesantren Tebuireng di Jombang di bawah asuhan langsung KH. Hasyim Asy'ari. Pada usia 26 tahun, gurunya, KH. Hasyim Asy'ari, memintanya untuk mendirikan pesantren di Pemalang, yang kemudian dikenal sebagai Pesantren Salafiyah Taman.


Kiai Mas Makmur menikah dengan Samnah, putri seorang penghulu dari Tegal, dan dikaruniai empat anak: Drs. Abdul Hamid, Azah, Abdul Haq, dan Abdul Halim. Selain memimpin pesantren, Kiai Mas Makmur juga aktif di NU cabang Pemalang.


Kiai Mas Makmur diangkat sebagai Bupati Pemalang pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 30 Desember 1946. Pengangkatannya dilakukan dalam rapat akbar rakyat di Alun-Alun Pemalang setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menangkap dan menurunkan bupati sebelumnya. Penunjukan ini disahkan oleh Mr. Sumarman, Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri, yang kala itu berada di Yogyakarta.


Namun, jabatan sebagai bupati hanya berlangsung singkat, selama kurang lebih 9½ bulan. Pada 14 Oktober 1947, Kiai Mas Makmur ditembak mati oleh Belanda dalam Agresi Militer Belanda I karena ia menolak untuk bekerja sama dengan penjajah. Pengorbanannya menjadikannya simbol perlawanan rakyat Pemalang terhadap penjajahan.


Semasa hidupnya, Kiai Mas Makmur dikenal sebagai ulama yang mengabdikan hidupnya untuk pendidikan agama dan perjuangan kemerdekaan. Ia mendirikan Pesantren Salafiyah Taman, yang menjadi pusat pendidikan agama di Pemalang. Melalui pesantren ini, Kiai Mas Makmur tidak hanya mendidik generasi muda dalam ilmu agama, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebangsaan.


Kiai Mas Makmur juga berperan aktif di masyarakat sebagai anggota NU, organisasi kemasyarakatan yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Dalam masa-masa sulit revolusi, ia memimpin Pemalang dengan keberanian dan dedikasi hingga akhir hayatnya.


Kiai Mas Makmur dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Pagaran, Pemalang. Hingga kini, sosoknya dikenang sebagai ulama, pemimpin, dan pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Warisannya hidup melalui perjuangan rakyat Pemalang dan nilai-nilai yang diajarkannya kepada para santri.


Perjalanan hidup Kiai Mas Makmur merupakan cerminan semangat perlawanan terhadap penjajahan, dedikasi terhadap pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. Namanya akan terus dikenang sebagai tokoh inspiratif dalam sejarah perjuangan bangsa.


Berikut untaian silsilah nasab Kiai Mas Makmur yang tersambung ke Kanjeng Nabi Muhammad Rasulillah SAW, sesuai dari data manuskrip keluarga, Naqobah Maroko dan Naqobah Pakistan sebagai berikut :


Kiai Mas Makmur binti Nyai Hj. Rubae'ah bin KH Nawawi Kubro (Mbah Katib Anom) bin Mbah Sa'id Pegatungan bin Mbah Salamudin (R Haryo Abdusalam) bin Darusalam bin Sulthon Rofi'udin bin Sayyidina Maulana Ma'kin bin Sulthon Ibnul Fatah Muhyiddin bin Sulthon Ibnul Fatah Muhammad bin Sulthon Abu Muhsin bin Sulthon Qohar bin Sulthon Abu Fatah bin Sulthon Abu Ma'ali bin Sulthon Mahmud Abdul Qohar bin Sulthon Muhammad bin Sulthon Yusuf bin Syarif Abdurrahman Hidayatullah (Sunan Gunung Jati 1) bin Ishaq Sutamahaja Demak bin Maulana Ishaq bin Syarif Junaid bin Syarif Abdul Qodir bin Syarif Syu’aib bin Syarif Abdul Jabbar bin Syarif Abdurozak bin Syarif Abdul Aziz bin Syarif Sholeh bin Sulton Aulia Syekh Abdul Qodir Jailani bin Syarif Abu Sholeh Musa Jaki Dausat bin Syarif Abdullah bin Syarif Yahya az-Zahid bin Syarif Muhammad bin Syarif Dawud Amir Makkah bin Syarif Musa ats-Tsani bin Syarif Abdullah ats-Tsani bin Syarif Musa al-Jun bin Syarif Abdullah al-Kamil bin Syarif Hasan al-Mutsanna bin Sayyidina Hasan Sayyidah Fatimah bin Kanjeng Nabi Muhammad Rasulillah SAW.


Waallahu Alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HABIB BA'ALWI, KAUM PENGECUT DI HARI PAHLAWAN

Awas Jebakan Fisik Sekte Tobrut-tobrut

Mengapa Hasil Penelitian KH Imaduddin yang Penting, Bukan Siapa Beliau