Inilah 6 Jenis Bisnis Agama Habaib Klan Ba'alwi Al Kadzabah
Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi
Inilah jenis bisnis berbaju agama untuk menipu umat andalan Klan Ba'alwi Al Kadzabah keturunan Yahudi Ashkenazi imigran asal Tarim Hadramaut Yaman dengan membranding dirinya sebagai dzuriyah Nabi :
1. Bisnis air doa, hanya bermodalkan satu botol air mineral agar lebih dramatisir dicelupkan rambut yang diklaim milik Nabi.
2. Bisnis makam, dengan dongeng khurafat siapapun pasti kepincut untuk menziarahi walaupun kemakam palsu atau yang di-palsu-kan dan kotak amal selalu ditaruh pada tempat strategis. Acara Haul menjadi yang prioritas utama.
3. Bisnis atribut, ditawarkan sejumlah barang dengan harga fantastis dengan rayuan harapan angin sorga disela ceramah doktrin-diktrin gedabrus khas mazhab Ba'alwi.
4. Bisnis sumbangan, mengajukan permohonan maupun sumbangan lewat cara proposal fiktif dengan mengatasnamakan agama untuk memperkaya dirinya.
5. Bisnis sholawatan, mengamen dengan baju dan simbol agama agar mendapatkan keuntungan materi yang banyak, yang paling parah dirinya merasa sebagai ulama padahal literasi agamanya nol.
6. Bisnis Politik, menejemen konflik akan diterapkan dengan demo berjilid-jilid di jalanan sedang di medsos menyebarkan hoax sesuai permintaan siapa saja yang berani bayar lebih.
Di sini para Muhibbin menjadi sasaran empuk yang di korbankan untuk diperas serta di hisap sampai habis harta bendanya, jika ia tidak memiliki harta maka mendapat tugas untuk mengemis ke pojok kota maupun kampung dengan bermodalkan proposal fiktif.
Muhibbin bagi mereka adalah pion yang siap dikorbankan dikala terdesak, untuk meraih keuntungan secara politik. Fanatisme butanya sangat strategis agar dengan biyaya murah mau turun kejalan untuk demo.
Muhubbin yang sangat berkeringat dan bekerja keras bagai budak belia, sedang hanyalah duduk dan menikmati kekayaan bagi Klan Ba'alwi Al Kadzabah keturunan Yahudi Ashkenazi imigran asal Tarim Hadramaut Yaman.
Kapitalisasi agama merupakan praktik yang mengarah pada komersialisasi nilai-nilai keagamaan untuk keuntungan materi. Agama dijadikan komoditas. Dan hal tersebut tidak akan bisa berjalan tanpa doktrin spiritual, dan dikhawatirkan muaranya berujung pada perbudakan spiritual.
Sementara itu, perbudakan spiritual merujuk pada pengekangan atau penyalahgunaan agama untuk mengontrol atau memanipulasi individu secara spiritual. Keduanya, baik kapitalisasi agama dan perbudakan spiritual, merupakan fenomena yang menimbulkan bahaya serius terhadap masyarakat.
Fenomena terkini, segala hal yang terkait dengan agama semakin laris manis di pasar. Pakaian, kitab suci, musik, ritual, ziarah, dan lain-lain menjadi komoditas yang menarik.
Konon, omzet yang didapatkan dari komoditas agama mencapai triliunan. Contohnya, haji dan umrah saja setiap tahunnya bisa mencapai Rp.30 triliun. Belum lagi penjualan buku-buku, hijab, tasbih, dan lain-lain, yang angkanya sangat fantastis.
Pada akhirnya Agama yang membawa nilai-nilai suci sangat rentan dibelokkan. Dimana sebagai komoditas telah menjadi identitas yang bisa dikonversi sebagai instrumen untuk mendulang dukungan politik.
Kita jangan pernah bosan, untuk menyelamatkan para Muhibbin agar merdeka serta terlepas dari belenggu perbudakan spiritual......

Komentar
Posting Komentar