Inilah Cipta Sejarah Ba'alwi
Kitab berjudul Raudlatul Wildan fi Tsabat Ibni Jindan yang ditahqiq oleh seorang berkebangsaan Yaman yang bernama Faisal Hamud Ahmad Ismail al-Yamani. Dalam kitab tersebut, Salim bin Jindan menyajikan sejarah leluhurnya yang ia katakan sebagai para ulama besar yang melebihi maqam mujtahid.
Menurutnya, sebagian leluhur Ba’alwi telah mencapai maqam (pangkat) “al-sidqiyyah” dan “al-qutbiyyah al-kubro”. Kedua maqam itu tidak dimiliki seseorang, kecuali ia telah mencapai derajat mujtahid (h. 147).
Ia juga mengatakan bahwa maqam “al-sidqiyyah” lebih tinggi dari maqam mujtahid. Maqam “al-sidqiyyah” telah mendekati maqam “nubuwwah” (kenabian) dan maqam “risalah”, tetapi maqam kenabian dan kerasulan telah berhenti. Salim bin Jindan ingin mengatakan bahwa jika maqam kenabian masih terbuka maka leluhur Ba’alwi yang telah mencapai derajat “al-sidqiyyah” itu bisa diangkat menjadi seorang nabi (h. 148).
Dalam halaman 153, Salim bin Jindan menyajikan sebuah proposisi “Dan kami mempunyai para leluhur daripada para ahli hadits…” kemudian ia memberi contoh dua nama untuk pernyataannya itu, yaitu yang bernama Ali Khali Qosam dan Muhammad Sahib Mirbat.
Lagi-lagi, ia tidak menyertakan sumber apapun untuk pernyataannya atau suatu contoh kitab hadits yang ditulis keduanya sebagai bukti bahwa keduanya adalah seorang ahli hadits. Bahkan dalam penelitian bahwa Ali Khali Qasam dan Sahib Mirbat ini adalah sosok Ahistoris.
Di halaman 233, Salim bin Jinda menyebut bahwa Hadramaut menjadi bercahaya karena kedatangan Ahmad bin Isa. Ia menyamakan Tarim Hadramaut yang kedatangan Ahmad bin Isa, dengan Madinah al-Munawwarah yang kedatangan Nabi Muhammad SAW. Ia juga mengatakan, Pembangunan Hadramaut terjadi setelah hijrahnya Ahmad bin Isa. Lalu, dari mana Salim bin Jindan mengetahui Ahmad bin Isa hijrah ke Hadramaut, sehingga ia menyamakan Hadramaut seperti Madinah yang kedatangan Nabi Muhammad SAW, mana kitab sezamannya? Sebutkan! Jangankan hijrah, Ahmad bin Isa belum pernah berkunjung sekalipun ke Hadramaut.
Ramainya hari ini kitab yang menyebut demikian, hanya karena terjebak cipta sejarah kaum Ba’alwi yang tidak bertanggungjawab. Jangan-jangan nanti disebut Indonesia subur dan makmur ini karena barokah kedatangan Ba’alwi: “Sebelumnya Indonesia itu tanah kering yang tidak ada sungai, setelah Ba’alwi datang tahun 1850 M, lalu muncullah sungai-sungai yang membelah dataran Indonesia, dan tumbuhlah pepohonan seperti sekarang ini”; “ Indonesia dulu dijajah ratusan tahun, tetapi setelah datangnya Ba’alwi Indoneisa baru bisa merdeka”.
Jangan-jangan nanti akan banyak narasi-narasi dusta demikian jika hari ini kita tidak waspada.
TETAP ELING LAN WASPADA....

Komentar
Posting Komentar