Inilah Tahapan Prosesi Jamasan Pusaka



Jamasan pusaka merupakan salah satu cara merawat benda-benda pusaka, benda bersejarah, benda kuno, termasuk benda-benda yang dianggap memiliki tuah. Dalam tradisi masyarakat Jawa, jamasan pusaka menjadi sesuatu kegiatan spiritual yang cukup sakral dan dilakukan hanya dalam waktu tertentu saja. Lazimnya jamasan pusaka dilakukan hanya sekali dalam satu tahun yakni pada bulan Suro. Oleh karena jamasan pusaka mempunyai makna dan tujuan luhur, kegiatan ini termasuk ritual budaya yang dinilai sakral.


Jamasan berarti memandikan, mensucikan, membersihkan, merawat dan memelihara. Jamas adalah bahasa Jawa kromo inggil (tingkatan paling tinggi/halus), sementara bahasa ngoko-nya (paling kasar) adalah kumbah. Sehingga, jamasan bisa diartikan sebagai kegiatan mencuci, membersihkan, atau memandikan. atau ngumbah.


Sedangkan pusaka adalah berbagai benda yang memiliki arti simbolis yang sangat dalam dari warisan turun temurun, seperti gong, keris, tombak, kereta pusaka, dan berbagai macam jenis pusaka lainnya.


Jamasan pusaka lalu diartikan sebagai kegiatan mencuci senjata, yang biasanya dilakukan di bulan Suro. Sebagai wujud rasa terimakasih dan menghargai peninggalan atas karya seni budaya nan adiluhung para generasi pendahulunya kepada generasi berikutnya.


Tujuannya adalah si pemilik pusaka tetap mempunyai jalinan rasa, ikatan batin, terhadap sejarah dan makna yang ada di balik benda pusaka yang mempunyai seabrek nilai luhur tersebut.


Sehingga jamasan pusaka tidak sekedar membersihkan dan merawat fisik benda pusaka saja, akan tetapi yang lebih penting adalah memahami segenap nilai-nilai luhur yang terkandung. Nilai luhur tidak sekedar untuk diingat saja, namun lebih diutamakan untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


Sebagaimana upacara pada umumnya, upacara jamasan pusaka juga dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui dalam upacara ini di antaranya sebagai berikut:


1. Tahap pengambilan pusaka yang disimpan di tempat tertentu

2. Tahap tirakatan (bersemadi)

3. Tahap arak-arakan

4. Tahap pemandian atau jamasan pusaka.


Proses mencuci pusaka pun tidak tertutup, tetapi publik boleh melihatnya bahkan sering di antara mereka berebut air yang menetes pada pusaka yang dijamasi itu.


Dahulu penyelenggaran upacara jamasan pusaka dilakukan setiap satu tahun sekali pada hari Jumat pertama di bulan Suro. Namun saat ini, setelah dikemas untuk kepentingan kepariwisataan, upacara jamasan kerap dilakukan diluar bulan Suro dengan alasan untuk menarik wisatawan asing maupun domestik.


Upacara jamasan ini sendiri bila dicermati lebih dalam mengandung nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain: kebersamaan, ketelitian, gotong royong, dan religius.


Nilai kebersamaan tercemin dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat, doa bersama demi keselamatan bersama pula. Sedangkan nilai ketelitian tercermin dari proses upacara iitu sendiri. Sebagai suatu proses, upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi, maupun sesudahnnya.


Persiapan itu tidak hanya menyangkut peralatan upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semua harus dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan lancar. Untuk itu dibutuhkan ketelitian.


Nilai kegotongroyongan tercemin dari berbagai pihak dalam penyelenggaraan upacara. Mereka saling membantu demi terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi pemimpin upacara.


Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselamatan, dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.


Waallahu Alam 


Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi, Penggiat KOROWELANG (Komunitas Rekso Wesi Aji Pemalang)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taktik Ba'alwi Dilumat Sang Mujaddid

Mengatakan Ba'alwi Asal Yaman Keturunan Yahudi Bukan Takfiri

Hukum Menentukan Makam Berdasar Spiritual