Kiai Bermental Baja Dari Mulyoharjo Pemalang Keturunan Sunan Gunung Jati 1
Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi
Seorang Kiai yang kehidupannya sangat sederhana namun merelakan serta mewakafkan tubuhnya untuk mengabdi dan melayani masyarakat serta sangat aktif di jajaran Suriyah PCNU Kab Pemalang sampai akhir hayatnya.
Wihdatus Syabab adalah nama Madrasah dan Majlis ilmu yang beliau dirikan di lingkungan perkotaan tepatnya Dusun Kepatihan Kel Mulyoharjo. Darinya tercetak banyak Kiai dan Ustad berbobot yang hari ini mempengaruhi ke-Islam-an perkotaan dan pelosok Desa seperti Sewaka, paduraksa, kramat dan sekitarnya. Para santri tidak terbebani biyaya apa pun, dari awal pendirian sampai saat ini.
Beliau adalah seorang pejuang tangguh dan aktif dalam pergerakan di bawah bendera NU, yang mengalami hiruk pikuk pergantian berbagai zaman. Dari era revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, zaman perlawanan terhadap komunisme, zaman pahitnya ditekan oleh rezim Orde Baru, serta ancaman target pembunuhan di awal era reformasi, telah dilaluinya tanpa ada rasa was-was maupun rasa takut sedikitpun.
Dalam pembangunan awal gedung PCNU di jalan Pemuda Pemalang Kota, beliau adalah salah satu tokoh sentral dalam suksesnya pembangunan gedung tersebut. Siang malam walau pun cuaca tidak mendukung beliau selalu bergerak serta memperhatikan jalannya pembangunan tersebut, tidur di gedung yang belum jadi menjadi rutinitasnya yg konon tanah tersebut dulunya terkenal angker.
Menurut keterangan yang masyhur dari kalangan Kiai dan Santri sekitar menerangkan, bahwa di saat zaman Ninja ia menjadi target pembunuhan dengan adanya tanda merah di pintu rumahnya. Namun beliau beraktifitas seperti biasanya seolah tidak ada apa-apa, bahkan Laskar Benowo (pengawal para Kiai saat itu) dibuat bingung olehnya karena beliau selalu menabrak protokol keamanan disaat situasi genting.
Beliau lahir dan di besarkan dalam keluarga santri yang taat, asuhan serta didikan dari keluarga menjadikan sesosok Kiai alim dan tangguh bagaikan karang yang menjulang di tengah samudra. Pamannya Kiai Jamil Pungkuran, KH Sidiq (Ponpes Salafiyah Kauman Pemalang) serta para Kiai dan Ulama lainya telah memoles ia menjadi seorang Ulama yang berpengaruh dan berkarakter kuat.
- Sejak usia 12 tahun beliau nyantri di Pondok pesantren Kiai Mustofa Taman sampai usia 18 tahun
- Kemudian melanjukan nyantrinya di pondok pesantren Serang selama 2 thn
- Diusia 20-24 tahun beliau meneruskan mondoknya di Pacul gowang Jombang, dengan ujian ahir melakukan tapa mlaku dari jombang ke mbah Kholil Madura
- Tidak cukup disitu beliau melanjutkan nyantri lagi di Ponpes Al Hamdaniyah Siwalanpanji dekat sungai porong. Disini KH. Hasyim Asy'ari konon pernah nyantri sekitar 5 tahun sehingga kamar beliau hingga saat ini tak pernah dipugar untuk saksi. Lewat jalur nyantri tersebut sehingga dulu KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) kerap mampir dirumah beliau ketika lewat Pemalang.
Perjalanan dakwah beliau di mulai sejak usia 25 tahun bersama adiknya yang bernama KH. Mahmud Yunus di desa Kedondong Pandaan Pasuruan dan berhasil membangun masjid Baiturrohmah dan madrasah di dekat pasar Kedondong Pandaan. (Nama Masjid Baiturrohmah pandaan ini menjadi inspirasi untuk memberi nama yang sama di masjid Baiturrohmah Sirandu Pemalang samping Apotik K24 tempat beliau mulang ngaji jiping setiap bada subuh).
Dan pada usia 28 tahun beliau disuruh pulang, adiknya KH. Mahmud Yunus menikah dengan sesepuh Desa Pandaan bernama Nyai Hj. Munaah.
Cara berdakwah di Pemalang dengan keliling di Surau-surau dan Masjid disekitar pemalang yang ahirnya menemukan jodohnya dengan Nyai Hj. Mardiyah putri dari H. Mochtar Kranggan Sewaka dikaruniai keturunan 7 anak (3 pria dan 4 perempuan) alhamdulillah masih hidup semua dan salah satu keturunannya menjadi guru sekaligus berdagang Soto Gobyos di jl. Merbabu.
Anak keturunannya pun sampai saat ini meneruskan perjuangannya untuk mengabdikan diri ke masyarakat serta berkhidmah dalam perkumpulan NU. Walaupun dari keturunan orang hebat, namun keturunannya tidak pernah meminta jabatan di kepengurusan NU maupun Banomnya. Di antaranya ada yang menjadi pengurus pada tingkat ranting maupun tingkat kabupaten.
Beliau adalah KH Sayyid Irfan Fathoni ra yang silsilah nasabnya tersambung ke Sunan Gunung Jati 1 Al Jaelani Al Hasani. Walaupun memiliki nasab mulia, dalam mendidik anak keturunannya yang di kedepankan adalah ilmu dan amal, baginya ketakwaan lebih penting dari nasab.
Beliau lahir 5 Maret 1935 wafat 23 Agustus 2004 di makamkan di TPU Mantepan Kebondalem. Karena kemuliaan yang di sandangnya hingga seorang Kiai dan Nyai yang alim KH. Slamet Zaeny dan Ibu Nyai Hajjah Ruqoyah Shona'ah pendiri dan pengasuh pondok pesantren Bahrul Ulum Mulyoharjo Pemalang berwasiat kepada keluarganya kelak wafatnya supaya di kebumikan di samping makam KH. Sayyid Irfan Fathoni ra.
Berikut silsilah nasabnya,
KH Irfan Fatoni bin H Masduqi bin Abdul Rasyid binti Nyai Ghuti Aisyah KH Kuri (Hasan Baedrowi) binti Mbah Arsyifah bin Mbah Salamudin (R Haryo Abdusalam) bin Darusalam bin Sulthon Rofi'udin bin Sayyidina Maulana Ma'kin bin Sulthon Ibnul Fatah Muhyiddin bin Sulthon Ibnul Fatah Muhammad bin Sulthon Abu Muhsin bin Sulthon Qohar bin Sulthon Abu Fatah bin Sulthon Abu Ma'ali bin Sulthon Mahmud Abdul Qohar bin Sulthon Muhammad bin Sulthon Yusuf bin Syarif Abdurrahman Hidayatullah (Sunan Gunung Jati 1) bin Ishaq Sutamahaja Demak bin Maulana Ishaq bin Syarif Junaid bin Syarif Abdul Qodir bin Syarif Syu’aib bin Syarif Abdul Jabbar bin Syarif Abdurozak bin Syarif Abdul Aziz bin Syarif Sholeh bin Sulton Aulia Syekh Abdul Qodir Jailani bin Syarif Abu Sholeh Musa Jaki Dausat bin Syarif Abdullah bin Syarif Yahya az-Zahid bin Syarif Muhammad bin Syarif Dawud Amir Makkah bin Syarif Musa ats-Tsani bin Syarif Abdullah ats-Tsani bin Syarif Musa al-Jun bin Syarif Abdullah al-Kamil bin Syarif Hasan al-Mutsanna bin Sayyidina Hasan Sayyidah Fatimah bin Kanjeng Nabi Muhammad Rasulillah SAW.
Waallahu Alam
Komentar
Posting Komentar