Santri Adalah Mesin Perang Yang Kuat
Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi
Pakistan merontokan sejumlah pesawat canggih milik India di kala perang selama 1 jam di udara wilayah konflik. Tercatat di sejumlah media online bahwa perang sudah mulai berubah menyesuaikan zaman, dahulu perang di udara kejar-kejaran (Dog faight) namun sekarang saling tembak rudal jarak jauh.
Kemenangan Pakistan menurut para pengamat militer di tunjang karena semua sistem perangkat perang hanya satu jaringan yaitu 100% impor teknologi dari China, sedang India sistem perangkat perangnya campuran. Pesawat India di impor dari Perancis dan Rusia sedang radar dari Amerika, ini kelemahannya karena semua sistem jaringannya berbeda.
India untuk menutupi kekalahannya pada publik domestik malah menyebarkan Hoax bahwa Pakistan lah yang kalah telak, ini semata-mata untuk menjaga kepercayaan warga India kepada rezim yang sedang berkuasa. Akses internet di batasi, arus utama informasi di sensor ketat serta sejumlah akun medsos di blok, ini taktik yang cukup cerdik, namun tidaklah mempan bagi warga India yang cerdas dan mau menggali informasi.
Kejadian ini bisa kita ambil pelajaran bahwa satu sistem yang kuat bisa mengalahkan senjata berteknologi tinggi yang canggih namun tidak satu sistemnya. Bagi pihak yang kalah maka jalan yang di tempuh adalah kontrol arus informasi
Perang udara Pakistan vs India dalam dunia pergerakan bisa kita artikan bahwa satu ideologi murni yang kuat tanpa campuran faham lain dapat mengalahkan ideologi yang mapan namun sudah kecampuran faham lain.
Perang narasi isu nasab yang sudah masuk ke tahun ketiga ini diatas kertas klan Ba'alwi sudah mengalami fase ketidak percayaan publik (rungkad), titik lemah nya berada pada kerancuan pondasi kaidah nasabnya.
Dahulu para santri mengkesampingkan untuk mempelajari ilmu nasab, ini titik lemahnya maka para Kiai Pribumi di rendahkan oleh Klan Ba'alwi.
Adalah KH Imaduddin Utsman Al Bantani menciptakan tatanan baru dalam hal pernasaban di Nusantara, ia mendorong para santri untuk mau belajar serta mengkaji nasab secara ilmiyah melalui kaidah-kaidah ilmu nasab yang sudah mapan tanpa campuran khurafat.
Ketika santri sudah bergerak masif dan tersistem secara tulus serta ikhlas tanpa campuran adanya niat lain, niscaya menjadi senjata yang efek kedasyatannya melebihi ledakan nuklir.
Grafik perang narasi di udara (medsos) klan Ba'alwi sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaan publik lagi, walaupun mereka sudah menggelontorkan dana yang nilainya fantastis.
Dengan menutup akses mempelajari ilmu nasab serta menyebarkan narasi Hoax adalah penanganan Klan Ba'alwi untuk menjaga Muhibbinya agar tetap mau menjadi budak dan jongos. Cara intimidasi dan persekusi bagi para penentangnya sudah tidak populer, maka mereka menggunakan cara yang lebih lunak yaitu menyebarkan fitnah.
Oleh karena itu mari kita pertahankan niat tulus dan ikhlas kita dalam pergerakan serta perjuangan melawan sekte madzhab Ba'alwi yang mirip syi'ah. Jika niat sudah bergeser maka Allah SWT akan menguburnya lalu akan di gantikan dengan kaum lain untuk menjalankan tugas pergerakan ini.
Waallahu Alam.
Komentar
Posting Komentar