Raden Sayyid Abdurrahman Wanarejan Memimpin Pasukan Melawan VOC
Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi
Raden Sayyid Hambali Al Qudusi (pancer lanang trah Sunan Qudus) punya anak bernama Raden Sayyid Utsman yang bergelar Sunan Delik di Tegalmirit Kebumen mempunyai putra bernama Raden Sayyid Syadzali bergelar Kiai Gunungkunci Kertasura mempunyai putra bernama Raden Sayyid Abdurrahman bergelar Ki Lurah Wanarejan (lurah pertama desa Wanarejan Pemalang).
Ki Lurah Abdurrahman lahir di Kertasura, belajar Agama di asuh oleh Kakeknya Sunan Delik di padepokan yang berada di Tegalmirit Kebumen hingga dewasa. Sunan Delik tokoh termasyhur dan berpengaruh di era Mataram.
Beberapa saat setelah geger Pecinan (Perang antara Tionghoa melawan VOC penjajah Belanda), Ki Lurah Abdurrahman berjalan dari Kebumen ke Utara dan singgah di daerah Kademangan Wetan waktu itu wilayah tersebut di kuasai oleh Ki Lurah Dongkol (makam di gedung PCNU Pemalang).
Setelah ada pemekaran wilayah, Ki Lurah Abdurahman mendapatkan setengah wilayah Kademangan Wetan sisi timur lalu daerah tersebut diberi nama Wanarejan, sedang yang separuhnya sisi barat di beri nama Mulyoharjo.
Ketika Pangeran Diponegoro menabuh genderang perang untuk melawan VOC penjajah Belanda, tanpa basa basi Bupati Pemalang Mas Tumenggung Suralaya menyambutnya secara kesatria. Ki Lurah Abdurrahman di beri amanah untuk memimpin salah satu pasukan perlawanan rakyat Pemalang di bawah komando Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro tertangkap dan di asingkan (ke Manado lalu ke Makasar hingga akir hayat) sejumlah pasukannya yang berada di Pemalang bersembunyi ke daerah selatan (Watukumpu) dan yang berada di pesisir membuat pertahanan di dareah gegeseng atau sigeseng (Petarukan), labirin yang berada di desa Sikandang adalah hasil karya dari sisa-sisa pasukan Pangeran Diponegoro yang masih bertahan di Pemalang.
Ki Lurah Abdurrahman dalam pelariannya mengobrak-abrik sejumlah makam-makam leluhur yang sering diziarai pada masa itu serta membakar data-data penting, ini demi keselamatan anak cucu semua pasukannya yang sedang dikejar dan dibidik oleh VOC beserta londo ireng. Bisa kita bayangkan betapa mencekamnya waktu itu...!!
Adalah pohon sawo yang di taman di mushola atau masjid serta pohon sawo kecik yang di tanam di rumah serta pohon kemuning yang di tanam di pekarang dekat rumah, itu adalah kode komunitas sisa-sisa pasukan.
Ki Lurah Abdurrahman di protes oleh saudaranya atas perbuatannya diluar adat itu. Lantas di jawab "Pada saatnya nanti, keturunanmu dan keturunanku bertemu di pusaran makan ini (Makam Kiai Syadzali di Gunung Kunci puing-puing keraton lama Mataram Kartasura) itu tandanya semua rahasia akan dibuka secara terang benderang"
Setelah gonjang ganjing mereda, Ki Lurah Abdurrahman kembali ke daerah Wanarejan dengan kekuasaan wilayah daerahnya yang dipersempit. Tidur panjang beliau disemayamkan di pemakaman tas daerah Mlaki Wanarejan Utara.
Alfatihah...🤲🤲
Sumber :
1. Manuskrip Gunung Kunci
2. Sejarah Kab Pemalang (https://t.me/pemkabpemalang)
3. Pitutur Keluarga Bani Ki Lurah Abdurrahman
Komentar
Posting Komentar