DUA KELOMPOK WAHABI DAN PROGRES BA'ALWI

 





Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi


Wahabi Murji'ah


Wahabi Rasmi ini menginduk kepada doktrin dan pendapat ulama Kerajaan Arab Saudi yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab, Abdul Aziz bin Baz, Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Muhammad Nashirudin al-Albani serta lainnya.


Kajian mereka seputar teori tauhid dan ibadah menurut Wahabi. Mereka apolitis, tidak menyentuh wilayah syirik undang-undang atau demokrasi ini bisa dimengerti karena kiblat mereka adalah Arab Saudi yang berbentuk kerajaan. Sistem monarki, dalam perspektif Wahabi Jihadi bermasalah dan bahkan disebut sebagai representasi dari paham Murji’ah.


Wahabi Khawarij


Wahabi ini menginduk kepada ideologi Ikhwanul Muslimun (IM) Mesir yang dirumuskan Sayyid Quthub. Dari rahim Wahhabi Ikhwani inilah lahir paham Wahhabi Jihadi. Fokus gerakannya bukan hanya anti bid’ah tetapi syirik demokrasi dan undang-undang.


Mereka menyerang demokrasi dan memurtadkan pemimpin muslim yang dianggap tidak menggunakan syariat Islam sebagai hukum positif. Jihad bagi mereka bukan hanya melawan agresor asing tetapi juga terhadap penguasa setempat yang telah dianggap murtad oleh mereka karena dianggap enggan menegakkan hukum Islam, meskipun penguasa itu muslim.


Seluruh doktrin Wahhabi Jihad dalam semua variannya bisa dilacak bersumber dari ideologi Sayyid Quthub (IM Mesir) yang kemudian pecah menjadi banyak faksi.


Di dalam kelompok Wahabi Rasmi dan Wahabi Jihadi banyak turunan dan pecahan, masing-masing bahkan saling mengkafirkan. Kelompok Wahabi Rasmi menyebut Wahhabi Ikhwani/Jihadi sebagai reinkarnasi Khawarij. Sedangkan Wahabi Jihadi / Ikhwani menuduh Wahhabi Rasmi sebagai reinkarnasi Muriji’ah.


Namun baik Wahabi Rasmi maupun Wahabi Jihadi sama-sama bernaung di bawah fatwa-fatwa Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Ibnu Taimiyah adalah mentor intelektual dari seluruh aliran Wahabi.


Paham Wahabi Rasmi dan Wahabi Jihadi punya panggung untuk mentransfer paham dan keyakinannya melalui pengajian tertutup dan terbuka bahkan diunggah ke media sosial untuk diikuti siapa saja.


Dari berbagai varian Wahhabi dan turunannya yang jelas semuanya telah melahirkan gerakan radikalisme dan ektrimisme dengan berbagai corak masing-masing yang cukup membahayakan.


Progres Ba'alwi


Di atas sudah gamblang dijelaskan tentang dua kelompok Wahhabi, namun diantara kita masih belum bisa menerima tentang bahayanya pergerakan yang dahulu oleh Bung Karno disebut Hadramautisme yang dakukan oleh Habaib Klan Ba'alwi rasis penyembah nasab yang sejarahnya didatangkan langsung oleh Belanda.


Jika Wahhabi masuk ke Ormas Islam dengan corak pembaharu seperti Muhammdiyah atau Persis dll, sedang Klan Ba'alwi masuk ke Ormas Islam tradisional seperti NU atau NW dll. Mereka bermimikri sama persis seperti dalam berpakaian dan cara amaliyahnya, sedang untuk menyisipkan aqidah trans nasional sesatnya secara halus. Dari person mereka menjalankan berbagi peran ada yang berkarakter keras dan lembut dengan tujuan sama yaitu menguasai keagamaan dan negara.


Klan Ba'alwi mencabik-cabik pondasi dalam berbangsa dan bernegara, mereka membelokan kesejarahan negri bahkan berani mengklaim doktrin bohongnya bahwa semuanya berasal dari Klan Ba'alwi. Hingga berani mencangkokan nasabnya ke keluarga keraton Raja-raja Nusantara serta dengan sembrononya membangun makam-makam palsu mengatasnamakan keluarga keraton, seperti kasus makam palsu KRT Sumodiningrat yang diklaim sebagai Habib Hasan bin Thoha bin Yahya.


Pengikut setianya di beri pangkat sebagai Muhibbin, karena telah terdoktin mahabbah dengan mantra dan buhul-buhul gendam cinta buta. Karena sudah cinta buta kepada Klan Ba'alwi, maka apapun kesesatan serta kejahatan Klan Ba'alwi dianggapnya sebagai kebenaran mutlak. Ajaran seperti ini sangatlah merusak aqidah.


Maka jangan heran jika ditahun kemarin ada sebagian Muhibbin di tangkap oleh Densus 88 karena kasus terorisme. Dan kita melihat dengan kenyataan bagaimana dalam mimbar-mimbarnya selalu menjelekan simbol-simbol negara dan memprovokasi untuk membangkang terhadap pemerintah yang sah dengan isu Agama.


Adalah KH Imaduddin Utsman Al Bantani yang dari penelitiannya menyatakan bahwa Klan Ba'alwi bukan Dzuriyah Nabi SAW yang di rangkum pada sebuah tesis ilmiyah. Dari penelitian tersebut Klan Ba'alwi sudah tidak bisa menggunakan isu Agama untuk segala penunjang pergerakan progres jahatnya dan menipu umat.


Di media sosial sudah tersebar luas tentang bagaimana progres kejahatan Klan Ba'alwi, namun masih saja ada sebagian saudara kita yang belum bisa lepas dari mantra dan belenggu buhul-buhul gendam doktri dari Habaib Klan Ba'alwi rasis penyembah berhala nasab.


Tugas kita adalah menyampaikan, sedang Allah SWT sang pemilik hidayah...


Waallahu Alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HABIB BA'ALWI, KAUM PENGECUT DI HARI PAHLAWAN

Awas Jebakan Fisik Sekte Tobrut-tobrut

Mengapa Hasil Penelitian KH Imaduddin yang Penting, Bukan Siapa Beliau