79 TAHUN PERLAWANAN RAKYAT 10 NOVEMBER 1945 SURABAYA




Oleh: Moch Yusuf


Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah salah satu peristiwa bersejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini merupakan simbol perlawanan rakyat Indonesia terhadap upaya kembalinya penjajahan setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Berikut adalah beberapa poin utama dalam sejarah pertempuran ini:


Latar Belakang Pertempuran 10 November 2024


Setelah Jepang menyerah pada Sekutu di akhir Perang Dunia II, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Namun, pihak Belanda, melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA), berusaha kembali menguasai Indonesia dengan dukungan Sekutu, terutama Inggris. Kedatangan pasukan Inggris di Surabaya pada Oktober 1945 dengan misi melucuti tentara Jepang dan mengembalikan Indonesia kepada Belanda memicu ketegangan antara para pejuang Indonesia dan pasukan Sekutu.


Salah satu pemicu awal pertempuran adalah insiden di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) pada 19 September 1945. Sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru (bendera Belanda) di atap hotel tersebut. Tindakan ini dianggap provokatif dan melecehkan kemerdekaan Indonesia, sehingga memicu aksi dari pejuang Surabaya yang kemudian memanjat hotel, merobek bagian biru pada bendera Belanda, sehingga hanya tersisa Merah Putih, simbol Indonesia.


Pada akhir Oktober 1945, Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tiba di Surabaya untuk memimpin pasukan Inggris yang bertugas melucuti senjata Jepang. Namun, bentrokan terjadi antara pihak Inggris dan para pejuang Indonesia. Pada 30 Oktober, Jenderal Mallaby terbunuh dalam sebuah insiden yang memicu kemarahan pihak Sekutu. Sebagai balasan, pihak Inggris mengeluarkan ultimatum pada 9 November 1945, yang mengharuskan semua pimpinan dan rakyat Surabaya menyerahkan senjata mereka, atau menghadapi serangan besar-besaran. Ultimatum ini ditolak oleh para pejuang Surabaya.


Pada 10 November pagi, pasukan Inggris memulai serangan besar-besaran ke kota Surabaya dengan tank, artileri berat, dan serangan udara. Pertempuran berlangsung dengan sengit, dan para pejuang Indonesia dari berbagai kalangan—mulai dari tentara hingga pemuda, santri, dan masyarakat sipil—bersatu melawan pasukan Inggris. Seruan JIHAD KH Hasyi Asyari sebagai Kewajiban bagi Umat muslim dalam radius 90 Km laki laki dewasa untuk berjuang mempertahankan kemerdekan tanggal 22 Oktober 1945 dan Bung Tomo, seorang tokoh pemuda, berperan penting dalam mengobarkan semangat rakyat melalui siaran radio yang mengajak mereka mempertahankan kemerdekaan hingga titik darah penghabisan.


Pertempuran berlangsung selama sekitar tiga minggu, dengan korban jiwa yang sangat besar di pihak Indonesia. Meskipun kalah secara militer, semangat dan pengorbanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini menjadi simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia dan diabadikan sebagai Hari Pahlawan, yang diperingati setiap tahun pada 10 November.


Dampak Pertempuran


Pertempuran 10 November menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia siap berkorban untuk mempertahankan kemerdekaannya. Meskipun Surabaya mengalami kerusakan parah dan banyak pejuang gugur, peristiwa ini memperkuat semangat kemerdekaan di seluruh Indonesia. Pihak Sekutu dan Belanda pun menyadari bahwa kembalinya Indonesia ke tangan penjajah tidak akan semudah yang mereka kira.


Yang menjadi tanda tanya besar  tidak ada sama sekali peran Habib dalam peristiwa perlawanan 10 November 1945 di Surabaya padahal  saat itu para imigran Yaman banyak yang menghuni kawasan Ampel kenapa jejak mereka dalam perlawanan Arek Arek Suroboyo ini tidak ada sama sekali ??? ini bisa disoroti dengan beberapa sudut pandang sejarah. 


Baca Juga : https://mbahtoyiib.blogspot.com/2024/11/habib-baalwi-kaum-pengecut-di-hari.html


Beberapa sumber sejarah menekankan bahwa perlawanan heroik 10 November di Surabaya merupakan hasil dari pergerakan masyarakat luas—tentara, pejuang lokal, pemuda, hingga ulama—yang bersama-sama membela tanah air dari serangan Sekutu. Namun, jika kita berfokus pada peran spesifik kelompok tertentu, seperti golongan Habib (keturunan Arab), kontribusi mereka sering kali tidak tercatat atau tidak terlihat langsung di garis depan dalam pertempuran fisik yang terjadi.


Peristiwa perlawanan 10 November 1945 juga lebih sering dikaitkan dengan tokoh-tokoh, KH Hasim Asyari yang memfatwakan JIHAD mempertahankan kemerdekan Bangsa pada tanggal 22 Oktober 1945, Bung Tomo yang mengobarkan semangat rakyat melalui pidatonya yang berapi-api, atau komandan pejuang lokal, tanpa fokus mendetail pada kelompok keturunan tertentu, termasuk Habib. Walaupun banyak tokoh agama dan ulama ikut berperan, catatan sejarah tidak secara khusus menunjukkan peran aktif dari kalangan Habib dalam memimpin atau mengorganisir pertempuran.


Dengan demikian, apabila mengacu pada sumber-sumber sejarah yang ada, bisa dinyatakan bahwa tidak ada bukti konkret atau catatan sejarah yang secara khusus menonjolkan peran Habib dalam perlawanan 10 November di Surabaya. Perlawanan ini lebih merupakan hasil dari kekuatan kolektif warga Surabaya dan para pejuang, yang datang dari berbagai latar belakang dan agama untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah tonggak penting dalam sejarah perjuangan rakyat pribumi Indonesia yang menampilkan semangat persatuan, keberanian, dan pengorbanan rakyat pribumi untuk kemerdekaan. tidak ada sama sekali peran kaum habib yang selama ini berkoar koar ikut dalam perjuangan. https://mbahtoyiib.blogspot.com/2024/11/habib-baalwi-kaum-pengecut-di-hari.html Juga  kaum yang suka ; Mengklaim sejarah kemerdekaan dimana mereka tidak terlibat di dalamnya. Seperti penentuan hari kemerdekaan, asal-usul bendera merah-putih, lagu kebangsaan, perancang lambang negara Burung Garuda Pancasila, dan lain sebagainya, mengaku keturunan Pahlawan Nasional dan para leluhur bangsa lainnya. Membuat makam fiktif dan sekaligus memalsukan makam yang asli dari para pembesar Nusantara untuk diakui sebagai datuknya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HABIB BA'ALWI, KAUM PENGECUT DI HARI PAHLAWAN

Awas Jebakan Fisik Sekte Tobrut-tobrut

Mengapa Hasil Penelitian KH Imaduddin yang Penting, Bukan Siapa Beliau