Inilah Tanda Khusus Muhibbin Serta Jongos-Jongosnya Ba'alwi Rasis Penyembah Berhala Nasab




Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi


“Kejahatan adalah nafsu yang terdidik. Kepandaian seringkali, adalah kelicikan yang menyamar. Adapun kebodohan, acapkali, adalah kebaikan yang bernasib buruk. Kelalaian adalah itikad baik yang terlalu polos. Dan kelemahan adalah kemuliaan hati yang berlebihan.” Emha Ainun Nadjib


Cinta buta adalah saat sedang jatuh cinta dan merasa bahagia sepanjang hari, juga melihat semua yang dilakukan yang dicintainya adalah hal yang benar tanpa peduli apapun. Buta dalam cinta berarti tidak melihat kekurangannya.


Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang ahli saraf dan penulis buku terlaris Abhijit Naskar, “Otak menjadi tidak logis pada orang yang baru mengalami pergolakan romansa.” Sesuatu yang membuat sulit untuk mengetahui bagaimana membangun ekspektasi yang sehat dalam, itulah awal dari cinta buta.


Sangat disayangkan adalah kenapa masih ada orang yang sekolah tinggi, mengaji kitab-kitab besar, mempelajari ilmu ilmu logika dan ilmu-ilmu tinggi lainya ketika berhadapan dengan ajaran-ajaran dan cerita-cerita irasional tentang Ba'alwi orang-orang cerdas itu mendadak menjadi dungu. Bahkan terhadap prilaku Ba'alwi rasis yang dungu pun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Seolah ilmu-ilmu dan kitab-kitab yang mereka pelajari tidak ada artinya, seolah buku-buku yang dia baca tentang logika menjadi mentah dan tidak berguna di hadapan klan Ba'alwi. Berarti sikap mereka ini sama dengan sikap orang tidak berilmu dan tidak cerdas. Berarti hasil dari ilmu yang telah dia kuasai dan kitab yang dia baca adalah kedunguan belaka.


Kita mesti kritis terhadap fakta-fakta sosial yang terjadi di masyarakat. Khususnya warga Nahdhiyyin. Mahabbah kepada mereka bagus, karena kita dianjurkan untuk saling mahabbah. Mahabbah tidak saja kepada klan Baalwi, tetapi kepada seluruh umat muslim. Bahkan seluruh umat manusia, yang tercermin dalam konsep ukhuwwah basyariyyah. Hanya saja jangan karena mahabbah kita menjadi bodoh, jangan juga karena mahabbah kita menjadi lemah, jangan juga karena mahabbah menjadikan orang yang di-mahabbahi menjadi gelap mata dan gelap hati. 


Berikut tanda-tandanya : 


1. Mengidolakan Ba'alwi, kita semua memiliki kekurangan, kecuali Ba'alwi yang sempurna tanpa cacat. Dalam penglihatannya mereka sebagai makhluk sempurna dari dalam dan luar, penampilannya luar biasa, tidak pernah berbuat salah, kalau pun ada salah, itu pasti bukan salahnya. Beberapa calon muhibbin mungkin mengalami hal ini pada periode awal mengenal Ba'alwi yang berpenampilan serba Arab dan heboh.


2. Terciptanya jarak, jika masih tidak kembali bersosialisasi dengan teman-teman berbulan-bulan setelah fase mengenalnya lalu terpesona dengan Ba'alwi rasis karena tercekoki doktrin, mungkin ini menjadi tanda bahaya. Muhibbin bukan hanya dibutakan oleh cinta, bisa jadi otaknya mulai kurang sehat dan berfungsi dengan normal. 


3. Mencari-cari alasan untuk membelanya atas kekurangan Ba'alwi rasis. Saat sedang dibutakan oleh cinta, maka Muhibbin tidak akan melihat masalah apapun yang dilakukan oleh Ba'alwi yang dicintainya. Dan akan selalu memaklumi semua kesalahannya, hal ini tentu awal yang tidak baik. 


4. Muhibbin membuat keputusan dengan cepat, memutuskan untuk langsung berkomunikasi secara intens, menjadi pelayannya, atau keputusan besar lainnya dibuat dengan cepat dan tidak matang. Ingat, bergerak terlalu cepat adalah tanda bahaya lain yang harus diwaspadai, Muhibbin dalam fase ini mulai masuk parangkap untuk terjun kejurang yang sngat dalam.


5. Kebahagiaan Ba'alwi rasis menjadi prioritas utama, seperti memberi semua harta yang Ba'alwi rasis butuhkan, menjadikannya pusat perhatian sepanjang hari, atau memendam perasaan dan tidak jujur agar Ba'alwi tidak tersakiti? Semua itu adalah tanda bahwa ini adalah korban doktrin cinta buta dengan memprioritaskan kebahagiaan hanya untuk Ba'alwi rasis semata.


6. Komunikasi satu pihak, hubungan yang sehat adalah dimana kedua pihak berkomunikasi dengan baik. Ketika ada masalah dengan Ba'alwi rasis seolah berkompromi satu sama lain. Muhibbin tidak menyadari bahwa selama ini, hanya berkompromi sendiri setiap muncul masalah. Dan tanpa sadar Muhibbin selalu di injak hak-haknya serta direndahkan oleh Ba'alwi rasis, anehnya mereka malah senang diposisi itu.


7. Tidak memiliki minat lain kecuali untuk Ba'alwi rasis, sama seperti hal yang normal untuk memiliki seorang pembimbing dalam hidup, memiliki hobi di luar dengannya juga merupakan hal yang sehat. Jika semua hobi yang sebelumnya telah dikalahkan oleh Ba'alwi rasis, Muhibbin dipastikan sudah cinta buta dan derajatnya meningkat menjadi Jongos pengabdi Ba'alwi rasis.


8. Mengabaikan masa lalu. Orang bisa berubah. Faktanya, orang terus berubah dan berusaha memperbaiki diri. Jika Ba'alwi rasis memiliki masa lalu yang penuh kekerasan atau sifat buruk lainnya, Muhibbin perlu mencari bukti bahwa Ba'alwi telah berubah. Walaupun menemukan bukti kuat bahwa Ba'alwi masa lalunya suram dan hari ini masih buruk prilakunya, namun Muhibbin senantiasa berkhusnudzon.


9. Kekhawatiran Muhibbin diabaikan, tanda sudah merasuk dan mengalami cinta buta lainnya yaitu, kekhawatiran yang ia rasakan dianggap tidak penting olehnya. Muhibbin pasti bisa merasakan hal ini sendiri, ketika ia diabaikannya, seperti satutus kemanusiaannya dianggap tidak setara dengan Ba'alwi rasis. Walaupun di injak-injak martabat dan harga dirinya Muhibbin akan tetap setia.


10. Peringatan dari teman, tanda terakhir yang paling jelas bahwa telah dibutakan oleh cinta, yaitu peringatan dari teman sekitar. Orang-orang terdekat pasti akan peka terhadap perubahan yang Muhibbin alami, mereka akan mengingatkan bahwa ia berada dalam sesuatu yang baik atau tidak. Muhibbin jangosnya Ba'alwi rasis penyembah berhala nasab bisa berpeluang sadar jika mau menggunakan sedikit otak kewarasaannya serta mau mendengarkan nasehat dari orang disekitarnya.


Ada beberapa strategi yang bisa kita lakukan untuk membantu Muhibbin agar lepas gendam cinta dari doktrin Ba'alwi rasis, yaitu:


A. Melatih kesadaran diri dan refleksi diri. Menjadi sadar diri dan reflektif dapat membantu memahami emosi dan reaksi diri sendiri. Hal ini dapat membantu menghindari terjebak dalam emosi yang tidak sehat, Muhibbin harus di pacu otaknya untuk bisa berfikir sehat.


B. Menetapkan dan mempertahankan batasan. Menetapkan batasan adalah bagian penting dalam menyikapi apa pun. Hal ini memungkinkan untuk menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan dapat membantu mencegah terlibat secara emosional dengan sesosok panutan yang tidak tepat. Muhibbin harus diperkenalkan dengan orang-orang yang mengandalkan berilmu dan aklaq yang baik dalam berdakwah, serta di jelaskan bahwa tampilan pakaian dan nasab itu    bukan tanda orang alim.


C. Membangun sistem pendukung yang kuat. Memiliki sistem pendukung yang kuat dari teman dan keluarga dapat membantu untuk membuat keputusan yang sehat. Muhibbin yang berkeinginan menjadi normal seperti orang pada umumnya tidaklah akan merasa sendiri dan terburu-buru memacari panutan dalam hidupnya. Oleh karena itu diperlukan semua pihak untuk mengawal Muhibbin dalam tiap fase penyadaran.


D. Mencari tempat curhat, terkadang pengalaman masa lalu atau beban emosional apa lagi ada azas manfaat dapat menyulitkan Muhibbin untuk bisa cepat lepas dari jerat Ba'alwi rasis. Dalam kasus seperti ini, mencari pendamping dapat sangat bermanfaat dalam membantu mengatasi segala masalah dari jerat doktrin-doktrin sesat Ba'alwi, agar lebih sehat di masa depannya. Prosesnya perlu kesabaran.


Waallahu Alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HABIB BA'ALWI, KAUM PENGECUT DI HARI PAHLAWAN

Awas Jebakan Fisik Sekte Tobrut-tobrut

Mengapa Hasil Penelitian KH Imaduddin yang Penting, Bukan Siapa Beliau