Dahulukan Akhlak dan Ilmu




Orang boleh berbeda pendapat, apakah dia itu dari keturunan orang mulia atau tidak. Di sini lahir yang dinamai ilmu nasab. Ingat ajaran Rasulullah, tidak perlu mengklaim, buktikan hal tersebut melalui akhlak, ilmu dan adab.


Perdebatan atau perbincangan tentang keturunan/nasab yang mengarah pada sikap saling menghina, memojokkan, merendahkan, dan hal negatif lainnya justru tidak membuat Rasulullah bangga, karena Nabi SAW mengutamakan akhlak dan ilmu dalam diskusi maupun perdebatan.


Masyarakat tidak hanya dari Arab, tapi juga umum sangat memperhatikan garis keturunan (nasab), bukan hanya garis keturunan manusia, tapi juga binatang. Jadi wajar apabila ada orang yang memperhatikan garis keturunan. Bobot, bebet, dan bibit.


Diketahui, masih ramai terjadi diskursus ilmiah KH Imaduddin Utsman Al Bantani tentang nasab. Dengan kajian ilmiahnya menyatakan bahwa ada nasab dari kalangan Ba Alwi yang keberadaannya tidak tercatat selama 500 tahunan. Lalu perbincangan tersebut meluas menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.


Kita boleh berbeda pandangan, asal tetap berdasarkan akhlaq dan ilmu bukan caci maki saling merendahkan.


Jahiliyah itu, menggunakan cara-cara semisal persekusi jika ada perbedaan pandangan. Sedang alasan yang berdasarkan ilmiyah itu bisa dipertanggung jawabkan dunia akherat.


Waallahu Alam


Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi, DPP PWI Laskar Sabilillah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taktik Ba'alwi Dilumat Sang Mujaddid

Mengatakan Ba'alwi Asal Yaman Keturunan Yahudi Bukan Takfiri

Hukum Menentukan Makam Berdasar Spiritual